"Mereka tak beraktivitas karena tidak lagi menerima natura dan pinjaman biaya hidup dari perusahaan."
VHRmedia, Jakarta – Lebih dari empat bulan sebagian
petambak PT Central Pertiwi Bahari (CPB) Bratasena di Desa Dente
Teladas, Tulangbawang, Lampung, tidak lagi beraktivitas.
Mereka tak beraktivitas karena tidak lagi menerima natura dan
pinjaman biaya hidup dari perusahaan.“Sekitar dalam satu siklus, kami
tidak lagi melakukan aktivitas bertambak sehingga kami tidak mendapatkan
biaya hidup dari perusahaan,” kata Sutriman, petambah di Tulangbawang,
Senin.
Dia menyebut dicabutnya fasilitas natura dan pinjaman itu membuatnya
terpaksa bekereja menjadi pencabut singkong berupah Rp 30 ribu perhari.
“Biasanya pekerjaannya ringan, sekarang pekerjaannya berat mencabut
singkong, mencangkul di bawah terik matahari,” katanya.
Sutriman menyebut dia tak mengetahui sampai kapan perusahaan akan
menghentikan bantuan natura dan pinjaman itu. “Pusing, mana sekolah
anak-anak membutuhkan biaya lagi,” kata Sutriman.
Kepala Komunikasi PT CPB Tarpin A Nasri mengkonfirmasi perusahaannya
memang tidak memberikan PBH dan Natura. “Untuk sementara memang tidak
diberikan dulu sampai batas waktu yang tidak ditentukan, karena CPB
sudah tidak berbudidaya,” kata Tarpin.
Dia menyebut perusahaan tidak melakukan aktivitas budidaya karena
tidak ada kepastian investasi dan jaminan keamanan perusahaan. “Agar
perusahaan tetap beroperasi, PT CPB mengambil hasil panen udang petambak
dari perusahaan lain seperti PT Wahyu Mandiri di Sumatera Selatan,”
kata Tarpin.
Dia menambahkan meski sudah mengambil stok dari perusahaan lain,
pasokan udang yang dibutuhkan masih mengalami kekurangan hingga 100 ton
per hari.
Kondisi itulah yang menurut Tarpin membuat perusahaan mengurangi
jumlah tenaga kerja di Food Processing Division yang yang berasal dari
tenaga outsourcing dan petambak.
CPB sejauh ini memiliki area tambak seluas 8.000 hektare termasuk
infrastruktur dan petambakan yang terdiri dari empat blok yang terletak
di dua kampung yakni Bratasena Adiwarna dan Bratasena Mandiri.
Pekan lalu tiga orang dilaporkan tewas akibat bentrokan antar
petambak di di kawasan tambak udang CPB eks Bratasena, Lampung. Selain
ketiga korban tewas itu, bentrokan juga melukai 26 orang lainnya.
Ketiga korban tewas tersebut ditemukan di kanal tambak. Polisi
menduga korban tewas karena berusaha melarikan diri saat bentrokan dan
menceburkan diri ke kanal, padahal mereka tak bisa berenang.
Bentrokan tersebut melibatkan kelompok Forum Silaturahmi (Forsil)
Petambak Bratasena dan kelompok Petambak Peduli Kemitraan (P2K) yang pro
perusahaan dan karyawan setempat. (Ant/E2)
Teguh Nugroho / VHRmedia
sumber : VHRMedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar